Gara-gara
liburan di rumah kebanyakan saya habiskan baca novel di kamar, jadinya sekarang
agak-agak sensitif sama masalah “romance”, sekarang pengen nulis aja soal novel
yang saya baca, hehee..
Jadi beberapa hari yang lalu itu saya baru selesai baca novel judulnya Hummingbird-Dilema Cinta. Novel
ini karya dari Lavyrle Spencer, penulis New York Times Bestseller untuk
kategori kontemporer dan historical romance.
Novel
ini bercerita tentang Abigail McKenzie, seorang gadis alim, sopan, terhormat,
dan kaku yang dijuluki perawan tua oleh orang-orang di desanya. Sejak ditinggal
tunangannya Richard 13 tahun yang lalu dia hanya menyibukkan dirinya untuk
merawat ayahnya dan ke gereja. Tidak pernah menunjukkan keceriaannya di masyarakat,
selalu bersikap kaku dan sedikit angkuh, hingga tidak ada seorang pun yang
berani mendekatinya.
Suatu
hari ada sebuah kejadian di desanya yang membuat dia harus berhubungan dengan 2
orang pria dengan karakter yang sangat bertolak belakang. Bad boy dan Good boy-
hal itu yang bisa menggambarkan kedua lelaki tersebut. Kedua lelaki itu
terluka dalam sebuah insiden perampokan kereta api di perbatasan Colorado,
sama-sama membutuhkan tangan dingin Abigail untuk merawat mereka.
Jesse seorang
pria berantakan dan liar yang selalu berkata kasar, berpakaian seenaknya dan
memiliki sisi sensual sebagai bad boy. Sementara itu David seorang lelaki
terhormat, lembut, penyayang yang selalu berpakaian rapi dan memperlakukan
wanita dengan sangat sopan. David merupakan tipe lelaki idaman Abigail, mereka
memiliki banyak kesamaan dan David memiliki semua karakter calon suami yang
selama ini didamba Abigail. Namun seiring berjalan waktu Abigail merasakan hal
yang tidak pernah dirasakannya ketika bersama Jesse. Jesse mampu membuatnya
menjadi lebih manusiawi, meluapkan semua kemarahannya dan mengungkapkan apa
yang dirasakannya. Jesse bahkan mampu membaca pikiran Abigail dan memberikan
apa yang dibutuhkan Abigail selama ini. Jesse bisa menebak bahwa kekakuan
Abigail selama ini bukan hanya sekedar disebabkan gagal menikah dimasa lalu,
tapi juga karena tuntutan dan didikan ibu Abigail yang sangat konvensional.
Jesse mampu membuat Abigail mengaku dan menurunkan egonya yang selama ini
ditinggikan hanya untuk menutupi kekurangannya itu. Sikap Jesse yang kadang
kasar dan kadang lembut juga membuat Abigail penasaran dan merasakan
debaran-debaran yang tidak pernah dirasakannya ketika bersama David.
Singkat
cerita, setelah melalui banyak pergolakan batin, Abigail akhirnya memilih Jesse
dan lari dari desa bersama Jesse sehari sebelum pernikahannya dengan David. Abigail sudah tidak peduli lagi dengan omongan orang-orang. Jesse mampu membuat Abigail
melewati semua batasan-batasan yang dibuat dalam hidup Abigail dan meyakinkan
Abigail bahwa walaupun mereka memiliki sifat yang sangat berbeda dan selalu
bertengkar, tapi disitulah letak cinta dan kebutuhan satu sama lain di antara
mereka. Abigail pun menerimanya karena dalam hatinya ia memang mencintai Jesse,
pria yang tidak bisa lepas dari pikirannya walaupun dia selalu berusaha keras
untuk menentang perasaannya itu. So sweet :)
Yak,
begitulah ringkasan cerita dari novel yang saya baca kemaren. Dari awal membaca novel itu saya langsung tertarik dan penasaran dengan isinya. Ternyata
cukup bagus dan bisa mempermainkan perasaan saya, hahaaa.. Novel ini sedikit banyak bisa
menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam hati saya selama ini. Pria yang menurut
kita baik dan cocok dengan seluruh kriteria yang diharapkan belum tentu adalah
yang terbaik untuk kita. Memang benar laki-laki baik untuk perempuan baik,
begitu juga sebaliknya. Namun sama-sama baik bukan berarti harus memilki
karakter yang sama. Dan yang namanya perasaan tidak dapat dipaksakan. Seperti
David yang ternyata tidak mampu mengerti Abigail melebihi Jesse dan Abigail pun
tidak dapat merasakan getaran cinta ketika berhadapan dengan David. Abigail
menerima David hanya karena David terlihat seperti sosok suami idaman bagi
Abigail, tapi itu semua ternyata tidak cukup.
Novel
ini juga mengingatkan saya soal fenomena yang banyak saya jumpai di sekitar saya.
Sejak zaman sekolah sampai sekarang, banyak saya temui laki-laki yang terlihat
seperti bad boy, bisa dengan mudahnya mencuri hati para perempuan, dan herannya
banyak perempuan yang berharap sama laki-laki seperti itu sampai harus
sikut-sikutan dan banyak drama tangis-tangisan. Memang, bad boy itu mempunyai
daya pikat tersendiri. Para perempuan banyak yang suka dengan bad boy karena
merasa laki-laki itu bisa memberi warna dalam hidupnya, membawa sang perempuan
pada hal-hal yang tak terduga dan sangat tau apa yang dibutuhkan perempuan. Selain itu, harus diakui perempuan sangat lemah dalam hal pendengarannya, dalam artian
perempuan akan sangat gampang luluh dengan kata-kata gombal laki-laki, dan
bad boy sangat ahli dalam hal ini. Jadi wajar lah ya kalau bad boy lebih gampang
mendapatkan hati wanita dibandingkan good boy.
Lalu bagaimana dengan good boy? Good boy memang
memiliki karakter yang sempurna untuk menjadi pasangan idaman. Sikap lembut,
penyayang, sopan, rapi, alim dan gak neko-neko yang dimiliki bisa menjadi daya
tarik para perempuan. Namun, biasanya karena pengalaman yang kurang, good boy
ini sering tidak mengerti apa yang ada dipikiran perempuan dan tidak mampu
memberi kejutan-kejutan dalam hidup sang perempuan. Hubungan cenderung akan
terasa datar dan membosankan. Nah, menurut saya, good boy ini akan cocok sekali
kalau berhubungan dengan perempuan yang supel, atraktif, dan mampu mencairkan
suasana. Dengan begitu, akan ada interaksi yang bagus satu sama lain. Bagi
perempuan dia akan merasa bahagia karena memiliki sosok pria yang mampu
menenangkannya dan bagi laki-laki dia akan merasa bahagia karena hidupnya jadi
lebih berwarna.
Haduuuhh, ngomongin apa sih saya daritadi?! Hahaaa..
Ini semua hanya ocehan gak jelas dari saya gara-gara
habis baca novel kemaren. Sebenarnya banyak muncul pemikiran-pemikiran aneh
sewaktu saya baca novel ini, tapi karena gak jelas semua jadi sulit buat saya
tulis di sini. Hehee…Ya intinya begitulah... Baik bad boy
maupun good boy memiliki daya tarik masing-masing. Jadi? Pilih bad boy atau
good boy? Kalau saya sih maunya bad boy yang good, hahahaaa… Banyak maunya! Ya
intinya sih sekarang tidak perlu terlalu berpatokan pada kriteria dalam memilih
pasangan lah, karena itu semua akan kalah jika sudah dibandingkan dengan
masalah hati. Semua kembali ke hati, bagaimana hati bisa menerima orang tersebut
dengan tulus dan ikhlas. Siapa yang bisa membuat hati bahagia dan merasa nyaman
berada di sampingnya. Namun kriteria utama tetap harus diperhatikan lho ya, agar
perasaan yang dimiliki itu masih berada di koridor yang tepat. Uhuuyy!
“Mencari pasangan hidup bukanlah menemukan seberapa
banyak kesamaan antara kamu dan dirinya, karena kesamaan itu juga sifatnya
sementara, sebab semua dapat berubah.
Namun tanyakan pada nurani terdalammu,
seberapa besar kamu sanggup menyayangi dan menerima dirinya secara apa adanya,
bahkan dalam kondisi terburuknya sekalipun.
Karena cinta itu indah sebab tanpa
alasan dan juga tanpa syarat apapun.
Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup
temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari
siapapun.”



.jpg)


.jpg)