Akhirnya setelah libur kuliah bisa nulis lagi.. Kemarin2 rasanya sibuk banget mulai dari kuliah, ngejar target2 Ramadhan sampe ngurusin catering sahur. Bisa tidur 3 jam sudah Alhamdulilah, hahaa.. Sekarang udah banyak berkurang kegiatannya, catering udah selesai, kuliah juga libur. Alhamdulillah banyak pelajaran didapat dari hectic nya kemarin2 itu. Yang penting sibuk dan nganggur wajib disyukuri semuanya :)
Ehmm, kali ini saya mau nulis tentang sebuah keluarga yang sebenarnya udah dari lamaa pengen nulis soal keluarga ini tapi gak sempat2. Saya mau nulis soal keluarga senior SMA saya, bang Dedi dan kak Hertin. Keluarga ini keren banget menurut saya, bisa dijadikan panutan bagaimana hidup berkeluarga. Pantengin terus ceritanya yaa..
Bang Dedi dan Kak Hertin sama-sama lulusan SMA TN, bang Dedi angkatan 4, kak Hertin Angkatan 7. Dimana mereka bertemu? Di kampus UI. Kuliah di kampus yang sama, fakultas yang sama, dan sekarang sama2 jadi dosen di UI, sama2 pinter :) Walaupun sama2 pinter, karakter abang dan kakak ini sangat berbeda. Bang Dedi orangnya kalem dan tenang, kak Hertin orangnya supel dan heboh. Tapi ketika introvert dan ekstrovert ini disatukan malah jadi perpaduan yang baguuus, saling melengkapi, suasana dalam keluarga jadi lebih hidup. Satu pelajaran didapat, punya pasangan dengan beda karakter gak masalah, yang penting punya visi hidup yang sama dan sama2 mengerti karakter masing2.
Bicara soal visi hidup, saya lihat visi hidup keluarga ini bagus banget, membangun keluarga berlandaskan agama, mendidik anak yang merupakan amanat dari-Nya menjadi anak yang solehah dan disayang Allah. Keliatan banget dari 2 krucils, Ayasha dan Hafa. Ayasha dan Hafa dididik berlandaskan ajaran agama dari usia dini. Ayasha yang sekarang kelas 3 SD sudah jadi hafidzah yang hafal beberapa Juz Alquran. Subhanallah... Hafa, yang baru masuk SD, sudah hafal surat Ar-rahman di usia 6 tahun. Malu banget saya klo lihat anak2 ini, malu sama diri sendiri yang belum ada apa2nya dibanding mereka. Apalagi Ayasha, anak ini jenius banget! Selain jadi hafidzah, dia juga pinter nulis, dan mulai menulis blog dari usia 5 tahun. Yang ditulis bukan sembarang tulisan, tapi tulisan2 yang penuh inspirasi dan gak akan ada yang menyangka kalau tulisan itu ditulis anak seumurannya. Tulisan2 Ayasha bisa dilihat disini. Luar biasa!
![]() |
| Ayasha-Hafa baca Alquran di Masjidil Haram |
Ayasha dan Hafa sebenarnya memiliki karakter yang sangat bertolak belakang. Ayasha kalem, Hafa heboh! Tapi hebatnya bang Dedi dan Kak Hertin mampu mendidik mereka jadi adek kakak yang akur, saling menyayangi, dan sama2 mau belajar agama. Anak2 ini mau belajar dengan senang hati. Interest mereka soal agama sangat tinggi. Walaupun Hafa cenderung cuek, tapi dia tetap bisa diajak solat berjamaah, ngaji, puasa, ya tetap dengan gaya petakilannya itu pasti. Hahaaa, lucu banget klo dilihat.. Bayangkan diumur 5 tahun anak2 ini sudah bisa puasa Ramadhan Full! Butuh skill khusus dari orangtua untuk bisa mengajarkan anaknya puasa. Pelajaran yang didapat, sebagai orangtua harus paham karakter masing-masing anak. Beda karakter, beda cara mendidiknya, yang terpenting bagaimana tujuan mendidik bisa dicapai tapi tidak membuat mereka tertekan.
![]() |
| Ayasha-Hafa berkebun |
![]() |
| Cuman Hafa yang bisa punya gaya begini, hahaa.. |
![]() |
| Semangat berkunjung ke Baitullah.. |
Banyak lagi sebenarnya inspirasi2 yang saya dapat dari keluarga ini. Yang jelas semakin mengenal keluarga ini semakin membuka mata saya soal kehidupan. Ingin rasanya punya anak2 seperti Ayasha-Hafa, sangat menyenangkan dan menenangkan hati. Semoga bisa bertemu partner yang memiliki visi yang sama. Tidak harus seperti bang Dedi dan kak Hertin, karena saya tau kualitas iman saya saat ini gak seberapa dibanding mereka. Tapi paling tidak bisa menemukan partner yang satu frekuensi dan sama2 mau berusaha mewujudkan keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah. Aamiin.
"Kita tidak bisa memilih di keluarga seperti apa kita dilahirkan, tapi kita bisa bentuk di keluarga seperti apa anak kita dilahirkan"
.jpg)


.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar