Ehmm, rasanya otak saya lagi pengen berbicara tentang hal yang gak jauh-jauh dari pembicaraan orang-orang seusia saya. Usia dimana sudah waktunya memikirkan untuk mencari pasangan hidup yang tepat, usia dimana seharusnya sudah tidak ada lagi yang namanya cinta monyet ala anak-anak sekolahan.
Jadi begini, ada beberapa poin penting yang harus dicamkan menurut saya,
- Pria memilih, perempuan dipilih, tapi ujung-ujungnya perempuan juga yang menentukan.
- Memang rasanya agak aneh jika berpikir bahwa pria memilih dan perempuan itu dipilih, apalagi jika perempuan sebetulnya yang menentukan.
- Pria bisa memilih perempuan mana yg disukainya untuk diajak berkenalan dan mengenal lebih dalam. Banyak cara dan alasan.
- Sementara perempuan, meski dianggap dipilih namun selalu menjadi penentu. Mau atau tidak, perempuan yang bisa ambil sikap.
Nah, dari poin-poin itu saya berkesimpulan, pria memang bebas memilih siapa perempuan yang ingin didekatinya, tapi fokuslah pada satu perempuan, jika gagal atau tidak cocok, baru cari yang lain. Jangan menyiksa diri menunggu perempuan yang jelas-jelas tidak mau atau tidak bisa memberi kepastian. You are the chooser! There are many fish in the sea! Disisi lain, jangan pula begitu cepat memberi harapan pada perempuan yang tidak begitu disukai. Karena jika perempuan sudah disentuh hatinya, entah itu hanya karena perhatian-perhatian kecil saja, kebanyakan akan sulit melupakan. Intinya sih jangan terlalu banyak mengumbar janji pada perempuan jika masih belum yakin untuk menikahi. Dan fokuslah hanya pada 1 perempuan, jika gagal, baru cari lagi. Kalau kata dosen Manajemen Strategi saya, jika kita fokus pada 1 hal, otomatis energi kita akan maksimal tercurah kesana dan kemungkinan mendapatkan apa yang diinginkan akan lebih besar. Okey, itu resep strategi untuk pria :D
Sementara perempuan, sebagai yang dipilih bisa jadi ada banyak pria yang memilih untuk mendekatinya, tapi sekali lagi, keputusan ada pada perempuan. Perempuan lah yang ujung-ujungnya menentukan pria mana yang dia inginkan dan menentukan ingin seperti apa dia diperlakukan. Ingin dipacari kah, atau dinikahi? Tapi ingat! Nilailah pria secara rasional, jangan hanya terpana karena ketampanan dan sikap baiknya, karena itu semua bisa saja hilang suatu saat nanti. Lihatlah akhlak, ketulusan hati dan agamanya, itu yang akan menolong perempuan nantinya baik di dunia maupun di akhirat. Nah, sama halnya seperti pria, perempuan juga sebaiknya jangan memberi harapan pada pria yang jelas tidak disukai. Jangan sampai hanya karena tidak ingin kehilangan “fans”, perempuan memanfaatkan kondisi lemah pria yang tergila-gila dengannya. Tegas lah! Itu akan lebih baik. Sebaliknya, perempuan juga tidak boleh terlalu berharap pada pria yang disenangi tapi blum bisa memberi kejelasan akan membawa hubungan ke arah mana. Hal ini yang banyak terjadi, perempuan sudah memberikan sepenuh hatinya untuk pria yang ternyata masih memposisikan perempuan itu sebagai salah satu pilihan BUKAN yang terpilih. Tidak menutup kemungkinan buat yang pacaran lho, karena walaupun sudah berstatus pacar, belum tentu sang pria akan menikahi sang perempuan. Masih banyak peluang pria untuk mencari PILIHAN lain untuk dinikahi. Nah, makanya untuk perempuan, jangan sampai terlalu dalam melibatkan hati apalagi sampai memberi kehormatan pada pria yang masih belum jelas arahnya kemana.
Ehmmm, ribet banget ya keliatannya? Tapi itulah kenyataan yang saya lihat dari pengalaman pribadi dan orang-orang disekitar saya. Saya menyimpulkan hal-hal tadi melihat “human tendency” dan menyambungkannya dengan hal-hal seharusnya yang diajarkan dalam agama. Pinter-pinterlah menjaga hati. Seandainya semua orang tau bagaimana me”manage” hati, pasti gak ada tuh kata GALAU dalam kamus hidupnya. Satu hal yang harus diingat, jika Allah menghendaki dua insan untuk bersatu, Dia tidak akan menggerakkan hati hanya salah satunya saja. Dia pasti akan membukakan jalan selebar-lebarnya. Yakinlah cinta sejati itu pasti ada, tentunya cinta yang diRidhoi Allah, bukan cinta yang didasarkan nafsu belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar