Senin, 14 Oktober 2013

Bad Boy VS Good Boy

Gara-gara liburan di rumah kebanyakan saya habiskan baca novel di kamar, jadinya sekarang agak-agak sensitif sama masalah “romance”, sekarang pengen nulis aja soal novel yang saya baca, hehee..

Jadi beberapa hari yang lalu itu saya baru selesai baca novel judulnya Hummingbird-Dilema Cinta. Novel ini karya dari Lavyrle Spencer, penulis New York Times Bestseller untuk kategori kontemporer dan historical romance.

Novel ini bercerita tentang Abigail McKenzie, seorang gadis alim, sopan, terhormat, dan kaku yang dijuluki perawan tua oleh orang-orang di desanya. Sejak ditinggal tunangannya Richard 13 tahun yang lalu dia hanya menyibukkan dirinya untuk merawat ayahnya dan ke gereja. Tidak pernah menunjukkan keceriaannya di masyarakat, selalu bersikap kaku dan sedikit angkuh, hingga tidak ada seorang pun yang berani mendekatinya.

Suatu hari ada sebuah kejadian di desanya yang membuat dia harus berhubungan dengan 2 orang pria dengan karakter yang sangat bertolak belakang. Bad boy dan Good boy- hal itu yang bisa menggambarkan kedua lelaki tersebut. Kedua lelaki itu terluka dalam sebuah insiden perampokan kereta api di perbatasan Colorado, sama-sama membutuhkan tangan dingin Abigail untuk merawat mereka. 

Jesse seorang pria berantakan dan liar yang selalu berkata kasar, berpakaian seenaknya dan memiliki sisi sensual sebagai bad boy. Sementara itu David seorang lelaki terhormat, lembut, penyayang yang selalu berpakaian rapi dan memperlakukan wanita dengan sangat sopan. David merupakan tipe lelaki idaman Abigail, mereka memiliki banyak kesamaan dan David memiliki semua karakter calon suami yang selama ini didamba Abigail. Namun seiring berjalan waktu Abigail merasakan hal yang tidak pernah dirasakannya ketika bersama Jesse. Jesse mampu membuatnya menjadi lebih manusiawi, meluapkan semua kemarahannya dan mengungkapkan apa yang dirasakannya. Jesse bahkan mampu membaca pikiran Abigail dan memberikan apa yang dibutuhkan Abigail selama ini. Jesse bisa menebak bahwa kekakuan Abigail selama ini bukan hanya sekedar disebabkan gagal menikah dimasa lalu, tapi juga karena tuntutan dan didikan ibu Abigail yang sangat konvensional. Jesse mampu membuat Abigail mengaku dan menurunkan egonya yang selama ini ditinggikan hanya untuk menutupi kekurangannya itu. Sikap Jesse yang kadang kasar dan kadang lembut juga membuat Abigail penasaran dan merasakan debaran-debaran yang tidak pernah dirasakannya ketika bersama David.

Singkat cerita, setelah melalui banyak pergolakan batin, Abigail akhirnya memilih Jesse dan lari dari desa bersama Jesse sehari sebelum pernikahannya dengan David. Abigail sudah tidak peduli lagi dengan omongan orang-orang. Jesse mampu membuat Abigail melewati semua batasan-batasan yang dibuat dalam hidup Abigail dan meyakinkan Abigail bahwa walaupun mereka memiliki sifat yang sangat berbeda dan selalu bertengkar, tapi disitulah letak cinta dan kebutuhan satu sama lain di antara mereka. Abigail pun menerimanya karena dalam hatinya ia memang mencintai Jesse, pria yang tidak bisa lepas dari pikirannya walaupun dia selalu berusaha keras untuk menentang perasaannya itu. So sweet :)

Yak, begitulah ringkasan cerita dari novel yang saya baca kemaren. Dari awal membaca novel itu saya langsung tertarik dan penasaran dengan isinya. Ternyata cukup bagus dan bisa mempermainkan perasaan saya, hahaaa.. Novel ini sedikit banyak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam hati saya selama ini. Pria yang menurut kita baik dan cocok dengan seluruh kriteria yang diharapkan belum tentu adalah yang terbaik untuk kita. Memang benar laki-laki baik untuk perempuan baik, begitu juga sebaliknya. Namun sama-sama baik bukan berarti harus memilki karakter yang sama. Dan yang namanya perasaan tidak dapat dipaksakan. Seperti David yang ternyata tidak mampu mengerti Abigail melebihi Jesse dan Abigail pun tidak dapat merasakan getaran cinta ketika berhadapan dengan David. Abigail menerima David hanya karena David terlihat seperti sosok suami idaman bagi Abigail, tapi itu semua ternyata tidak cukup.

Novel ini juga mengingatkan saya soal fenomena yang banyak saya jumpai di sekitar saya. Sejak zaman sekolah sampai sekarang, banyak saya temui laki-laki yang terlihat seperti bad boy, bisa dengan mudahnya mencuri hati para perempuan, dan herannya banyak perempuan yang berharap sama laki-laki seperti itu sampai harus sikut-sikutan dan banyak drama tangis-tangisan. Memang, bad boy itu mempunyai daya pikat tersendiri. Para perempuan banyak yang suka dengan bad boy karena merasa laki-laki itu bisa memberi warna dalam hidupnya, membawa sang perempuan pada hal-hal yang tak terduga dan sangat tau apa yang dibutuhkan perempuan. Selain itu, harus diakui perempuan sangat lemah dalam hal pendengarannya, dalam artian perempuan akan sangat gampang luluh dengan kata-kata gombal laki-laki, dan bad boy sangat ahli dalam hal ini. Jadi wajar lah ya kalau bad boy lebih gampang mendapatkan hati wanita dibandingkan good boy.

Lalu bagaimana dengan good boy? Good boy memang memiliki karakter yang sempurna untuk menjadi pasangan idaman. Sikap lembut, penyayang, sopan, rapi, alim dan gak neko-neko yang dimiliki bisa menjadi daya tarik para perempuan. Namun, biasanya karena pengalaman yang kurang, good boy ini sering tidak mengerti apa yang ada dipikiran perempuan dan tidak mampu memberi kejutan-kejutan dalam hidup sang perempuan. Hubungan cenderung akan terasa datar dan membosankan. Nah, menurut saya, good boy ini akan cocok sekali kalau berhubungan dengan perempuan yang supel, atraktif, dan mampu mencairkan suasana. Dengan begitu, akan ada interaksi yang bagus satu sama lain. Bagi perempuan dia akan merasa bahagia karena memiliki sosok pria yang mampu menenangkannya dan bagi laki-laki dia akan merasa bahagia karena hidupnya jadi lebih berwarna.

Haduuuhh, ngomongin apa sih saya daritadi?! Hahaaa..

Ini semua hanya ocehan gak jelas dari saya gara-gara habis baca novel kemaren. Sebenarnya banyak muncul pemikiran-pemikiran aneh sewaktu saya baca novel ini, tapi karena gak jelas semua jadi sulit buat saya tulis di sini. Hehee…Ya intinya begitulah... Baik bad boy maupun good boy memiliki daya tarik masing-masing. Jadi? Pilih bad boy atau good boy? Kalau saya sih maunya bad boy yang good, hahahaaa… Banyak maunya! Ya intinya sih sekarang tidak perlu terlalu berpatokan pada kriteria dalam memilih pasangan lah, karena itu semua akan kalah jika sudah dibandingkan dengan masalah hati. Semua kembali ke hati, bagaimana hati bisa menerima orang tersebut dengan tulus dan ikhlas. Siapa yang bisa membuat hati bahagia dan merasa nyaman berada di sampingnya. Namun kriteria utama tetap harus diperhatikan lho ya, agar perasaan yang dimiliki itu masih berada di koridor yang tepat. Uhuuyy!



Mencari pasangan hidup bukanlah menemukan seberapa banyak kesamaan antara kamu dan dirinya, karena kesamaan itu juga sifatnya sementara, sebab semua dapat berubah. 
Namun tanyakan pada nurani terdalammu, seberapa besar kamu sanggup menyayangi dan menerima dirinya secara apa adanya, bahkan dalam kondisi terburuknya sekalipun. 
Karena cinta itu indah sebab tanpa alasan dan juga tanpa syarat apapun. 
Tak perlu seseorang yang sempurna, cukup temukan orang yang selalu membuatmu bahagia dan membuatmu berarti lebih dari siapapun.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar