Rasanya sudah sangat lama saya tidak menulis di blog ini,
setahun lebih!! Yap, kesibukan kuliah dan kesibukan mempersiapkan pernikahan,
hingga akhirnya menjadi istri dan sampai sekarang sedang hamil mungkin jadi
alasannya..
Alhamdulillah, sekarang saya sudah menikah, tepatnya tanggal
23 April 2014 lalu..
Begitu panjang ceritanya sampai saya menikah, mungkin
cukup menjadi salah satu cerita hidup saya nanti untuk anak cucu saya. Begitu
panjang hingga saya tidak sempat bercerita banyak kepada teman-teman saya. Saya
sibuk dengan perenungan diri saya dan istikharah untuk memastikan bahwa jalan
ini memang jalan yang tepat. Tempat curhat saya saat itu hanya Allah.
Yang jelas, perjalanan panjang hingga akhirnya menemukan
jodoh yang tepat ini menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya.
Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan pria yang benar-benar bisa menjadi imam
bagi saya, pria yang memiliki visi hidup yang jelas dan berwawasan luas, pria
sederhana namun penuh percaya diri, pria yang bertanggung jawab dan apa adanya, dan yang jelas pria berpotensi yang memang pantas untuk saya dampingi
hingga akhir hayat. Ciee.. Aamiiin yaa rabb…
Entah lah, mungkin ini memang sudah jalan Allah. Pertemuan
pada bulan Oktober 2013 akhirnya membawa kami pada pernikahan di bulan April 2014.
Proses yang cepat, memang. Kami memang sudah berkomitmen untuk tidak pacaran.
Pacaran hanya buang-buang waktu dan tenaga saja. Waktu yang berlalu kami gunakan untuk lebih mengenal satu sama lain dan
memperkenalkan pada keluarga masing-masing. Dan Alhamdulillah prosesnya memang begitu
lancar hingga pernikahan tanggal 23 April 2014.. Alhamdulillah saya punya
keluarga besar baru yang begitu baik dan menerima saya dengan baik. Perasaan
saya sangat bahagia saat itu.
Namun, ditengah kebahagiaan saya menjadi pengantin baru,
saya harus menerima satu berita yang benar-benar membuat hati saya hancur.
Tepat sehari setelah acara resepsi pernikahan saya, ketika saya dan suami baru
tiba di Jakarta dan melangkahkan kaki masuk ke rumah dinas suami saya, saya
mendapat kabar bahwa kedua orang tua saya bertengkar hebat hingga akhirnya Papa
menalak cerai Mama. Ada apa ini? Kenapa saya baru menikah orang tua saya malah
bercerai?? Papa yang baru saja dinyatakan lolos menjadi anggota DPRD Sumatera
Barat dengan gampangnya menceraikan mama dan pergi dengan istri mudanya. Seperti
lepas tangan begitu saja setelah menikahkan anak perempuannya. Papa yang selama
ini saya banggakan ternyata begitu tega melakukan hal yang sangat mengecewakan
saya. Dan mama yang selama ini saya pikir sabar menjadi seperti orang stress dan melakukan
hal-hal yang tidak wajar. Saya sebagai anak, tidak tahan melihatnya. Tidak ada ada lagi panutan saya dari orang tua.
Betapa bercampur
aduknya hati saya saat itu. Tidak ada “euphoria” pengantin baru bagi saya.
Hari-hari saya lalui dengan berat. Fisik terkuras karena harus mulai kuliah Depok-Bintaro
dengan berdesakan naik kereta yang menghabiskan waktu 5 jam PP, menyesuaikan
diri untuk melayani suami dan melaksanakan tanggungjawab sebagai istri ditengah
tugas-tugas kuliah, dan mental terganggu karena memikirkan masalah orang tua
yang tak ada titik temu dan selalu membuat saya berlinang air mata. Berat
memang.. Tapi saya masih bersyukur karena saya punya suami yang mengerti
masalah saya dan selalu mendukung saya. Saya ternyata tidak sendiri dengan
masalah-masalah saya itu.
Masa-masa setelah menikah dengan semua masalah itu membuat
saya menjadi lebih sering menarik diri, anti sosial dan tidak percaya diri
lagi. Tidak ada lagi keceriaan, canda tawa dan kontak-kontak dengan teman-teman
atau pun lingkungan sosial saya. Tidak ada lagi ngobrol atau chating dengan teman-teman. Saya menjadi hilang dari peredaran dan malas
bersosialisasi. Saya sibuk dengan masalah saya sendiri. Saya sibuk menata hati
saya yang sangat hancur dengan perceraian orang tua saya itu. Saya menjadi
takut dan trauma dengan pernikahan. Maafkan saya teman2, bukannya saya sombong atau tidak
mau bersosialisasi lagi, tapi beratnya masalah yang saya hadapi benar-benar
sudah menjatuhkan mental saya. Saya menjadi terlalu serius dan kaku memandang semua
masalah. Dan saat ini saya jadi merasa makin jauh dengan teman-teman saya.
Semoga pelan-pelan silaturahmi bisa disambung lagi..
Yak! Ini lah hidup… Ada bahagia, ada sedih.. Ada tawa, ada
tangis..
Dan hidup saya baru dimulai setelah pernikahan saya itu..
Saya harus menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Saya harus menjadi wanita
mandiri dan tidak bergantung pada orang tua lagi. Allah tidak akan memberi cobaan
kepada hamba-Nya kecuali dia memang mampu menghadapinya. Alhamdulillah rasa
sedih itu sudah mulai bisa saya “manage”, walaupun terkadang masih sering
tiba-tiba keluar air mata kalau lihat mama yang sedih atau kangen sama Papa.
Ini saja menulis begini sambil pegang tissue, haduuh…
Ayo Revie, kamu kuat!!
Saya harus mensyukuri apa yang sudah terjadi. Masih banyak
orang yang lebih rumit lagi masalahnya. Saya harus bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari masalah ini dan tidak terlarut dalam rasa sedih. Saya harus bersyukur kejadian ini terjadi
setelah saya punya pendamping yaitu suami yang selalu menguatkan. Terimakasih
suamiku atas dukungannya hingga saat ini. Kamulah satu-satunya pria tempat aku
bersandar saat ini. I love you…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar