Selasa, 13 Januari 2015

Hidup ini baru dimulai…

Rasanya sudah sangat lama saya tidak menulis di blog ini, setahun lebih!! Yap, kesibukan kuliah dan kesibukan mempersiapkan pernikahan, hingga akhirnya menjadi istri dan sampai sekarang sedang hamil mungkin jadi alasannya..
Alhamdulillah, sekarang saya sudah menikah, tepatnya tanggal 23 April 2014 lalu..
Begitu panjang ceritanya sampai saya menikah, mungkin cukup menjadi salah satu cerita hidup saya nanti untuk anak cucu saya. Begitu panjang hingga saya tidak sempat bercerita banyak kepada teman-teman saya. Saya sibuk dengan perenungan diri saya dan istikharah untuk memastikan bahwa jalan ini memang jalan yang tepat. Tempat curhat saya saat itu hanya Allah.
Yang jelas, perjalanan panjang hingga akhirnya menemukan jodoh yang tepat ini menjadi pengalaman yang sangat berharga buat saya. Alhamdulillah, akhirnya saya menemukan pria yang benar-benar bisa menjadi imam bagi saya, pria yang memiliki visi hidup yang jelas dan berwawasan luas, pria sederhana namun penuh percaya diri, pria yang bertanggung jawab dan apa adanya, dan yang jelas pria berpotensi yang memang pantas untuk saya dampingi hingga akhir hayat. Ciee.. Aamiiin yaa rabb…
Entah lah, mungkin ini memang sudah jalan Allah. Pertemuan pada bulan Oktober 2013 akhirnya membawa kami pada pernikahan di bulan April 2014. Proses yang cepat, memang. Kami memang sudah berkomitmen untuk tidak pacaran. Pacaran hanya buang-buang waktu dan tenaga saja. Waktu yang berlalu kami gunakan untuk lebih mengenal satu sama lain dan memperkenalkan pada keluarga masing-masing. Dan Alhamdulillah prosesnya memang begitu lancar hingga pernikahan tanggal 23 April 2014.. Alhamdulillah saya punya keluarga besar baru yang begitu baik dan menerima saya dengan baik. Perasaan saya sangat bahagia saat itu.
Namun, ditengah kebahagiaan saya menjadi pengantin baru, saya harus menerima satu berita yang benar-benar membuat hati saya hancur. Tepat sehari setelah acara resepsi pernikahan saya, ketika saya dan suami baru tiba di Jakarta dan melangkahkan kaki masuk ke rumah dinas suami saya, saya mendapat kabar bahwa kedua orang tua saya bertengkar hebat hingga akhirnya Papa menalak cerai Mama. Ada apa ini? Kenapa saya baru menikah orang tua saya malah bercerai?? Papa yang baru saja dinyatakan lolos menjadi anggota DPRD Sumatera Barat dengan gampangnya menceraikan mama dan pergi dengan istri mudanya. Seperti lepas tangan begitu saja setelah menikahkan anak perempuannya. Papa yang selama ini saya banggakan ternyata begitu tega melakukan hal yang sangat mengecewakan saya. Dan mama yang selama ini saya pikir sabar menjadi seperti orang stress dan melakukan hal-hal yang tidak wajar. Saya sebagai anak, tidak tahan melihatnya. Tidak ada ada lagi panutan saya dari orang tua.
Betapa bercampur aduknya hati saya saat itu. Tidak ada “euphoria” pengantin baru bagi saya. Hari-hari saya lalui dengan berat. Fisik terkuras karena harus mulai kuliah Depok-Bintaro dengan berdesakan naik kereta yang menghabiskan waktu 5 jam PP, menyesuaikan diri untuk melayani suami dan melaksanakan tanggungjawab sebagai istri ditengah tugas-tugas kuliah, dan mental terganggu karena memikirkan masalah orang tua yang tak ada titik temu dan selalu membuat saya berlinang air mata. Berat memang.. Tapi saya masih bersyukur karena saya punya suami yang mengerti masalah saya dan selalu mendukung saya. Saya ternyata tidak sendiri dengan masalah-masalah saya itu.
Masa-masa setelah menikah dengan semua masalah itu membuat saya menjadi lebih sering menarik diri, anti sosial dan tidak percaya diri lagi. Tidak ada lagi keceriaan, canda tawa dan kontak-kontak dengan teman-teman atau pun lingkungan sosial saya. Tidak ada lagi ngobrol atau chating dengan teman-teman. Saya menjadi hilang dari peredaran dan malas bersosialisasi. Saya sibuk dengan masalah saya sendiri. Saya sibuk menata hati saya yang sangat hancur dengan perceraian orang tua saya itu. Saya menjadi takut dan trauma dengan pernikahan. Maafkan saya teman2, bukannya saya sombong atau tidak mau bersosialisasi lagi, tapi beratnya masalah yang saya hadapi benar-benar sudah menjatuhkan mental saya. Saya menjadi terlalu serius dan kaku memandang semua masalah. Dan saat ini saya jadi merasa makin jauh dengan teman-teman saya. Semoga pelan-pelan silaturahmi bisa disambung lagi..
Yak! Ini lah hidup… Ada bahagia, ada sedih.. Ada tawa, ada tangis..
Dan hidup saya baru dimulai setelah pernikahan saya itu.. Saya harus menjadi wanita yang kuat dan tangguh. Saya harus menjadi wanita mandiri dan tidak bergantung pada orang tua lagi. Allah tidak akan memberi cobaan kepada hamba-Nya kecuali dia memang mampu menghadapinya. Alhamdulillah rasa sedih itu sudah mulai bisa saya “manage”, walaupun terkadang masih sering tiba-tiba keluar air mata kalau lihat mama yang sedih atau kangen sama Papa. Ini saja menulis begini sambil pegang tissue, haduuh…
Ayo Revie, kamu kuat!!
Saya harus mensyukuri apa yang sudah terjadi. Masih banyak orang yang lebih rumit lagi masalahnya. Saya harus bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari masalah ini dan tidak terlarut dalam rasa sedih. Saya harus bersyukur kejadian ini terjadi setelah saya punya pendamping yaitu suami yang selalu menguatkan. Terimakasih suamiku atas dukungannya hingga saat ini. Kamulah satu-satunya pria tempat aku bersandar saat ini. I love you…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar