Selasa, 29 Maret 2011

Ini namanya "Pembunuhan Karakter"

Karakter saya telah dibunuh..!
Sakit sekali rasanya, apalagi kalau yang membunuh ternyata orang yang selama ini dekat dengan kita..
Huuftt..
Bodohnya aku selama setahun percaya dengan orang itu, dan bisa dibilang tergantung juga dengannya..
Sebenarnya pada dasarnya aku hanya menganggap semua orang baik dan berusaha untuk loyal terhadap teman sendiri..
Tapi keloyalan-ku itu ternyata dimanfaatkan olehnya untuk mendominasi dan menjatuhkan ku.
Yak, lagi-lagi masalah kantor. Kayanya blum ada habisnya ya masalah kantor buat aku.


Sebelum mulai bercerita, aku mau meng-info-kan bahwa aku adalah lulusan STAN yang bekerja di Biro Bantuan Hukum Kementerian Keuangan. Jadilah aku bekerja sebagai staff non-teknis, karena aku bukan sarjana hukum.
Sebagai pegawai yang baru masuk, tentunya aku mengharapkan mendapat penjelasan mengenai Job description dan orientasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan kantor. Namun herannya, sejak pertama kali masuk aku langsung dititipkan ke salah satu pegawai untuk mengajarkan dan berbagi pekerjaan denganku. Yak, dia, anggap si A.
Sebagai anak baru, aku ikuti saja alur yang ada. Aku diberi sebuah pekerjaan, dan aku sangat senang, walaupun hanya mengagendakan surat masuk yang notabene sangat bisa dilakukan bahkan oleh anak SMA sekali pun. Aku jalani saja, karena kupikir pekerjaan besar berawal dari pekerjaan kecil.
Hari2 di kantor aku coba hadapai dengan senang hati. Awal2 aku banyak bertanya kepada si A, apa lagi yang bisa kukerjakan? Dia geleng2 kepala, seperti tak ada lagi yang harus aku kerjakan. Kemudian aku sampaikan bahwa aku ingin tau mengenai alur berkas2 di kantor ini, soalnya waktu aku dan teman2 baru datang dan menghadap boss, kami diberi pesan agar tidak perlu ikut riweh2 dengan masalah penanganan perkara, tapi fokus pada pengelolaan berkas2 agar rapi dan tidak berantakan.
Aku sudah ada inisiatif untuk memulainya, tapi apa yang kudapat? Aku mau mulai saja sudah seperti dihalangi. Si A bilang tidak ada yg perlu dirapikan dan seperti enggan menjelaskan kepadaku mengenai berkas2 itu.
Okey, inisiatif pertamaku langsung dipatahkan...


Tapi saat itu aku tidak kesal kepadanya, aku masih dekat dengannya dan masih sering bertanya kepadanya.
Hingga akhirnya setelah setahun aku baru menyadari. Selama setahun bekerja ternyata aku sudah dibentuk oleh Si A menjadi pribadi yang tidak kreatif dan monoton. Aku selalu berada dibawah bayang2nya, dan aku tidak bergaul begitu dekat dengan pegawai yang lain. Yak, hanya dengan dia aku dekat. Kami selalu makan siang bareng dan solat bareng. Oh tidak, begitu bodohnya aku!
Tidak hanya itu, setelah aku bertanya dengan teman seangkatanku di bagian lain, ternyata temanku itu sudah banyak tau soal pekerjaan. Dan aku, aku hanya tau cara mengagendakan surat masuk. Aku minta Job Description yg dia punya, ternyata ada sekitar 13 pekerjaan, dan ditempatku dari 13 pekerjaan itu, hanya 1 pekerjaan yang aku kerjakan, padahal ada 3 personil disini. Sungguh pembagian yang tidak adil!
Kenapa aku diperlakukan seperti ini???
Aku bisa bekerja, aku mau bekerja, dan aku punya kemampuan, aku bukan orang tua yang tidak bisa apa-apa! Bagaimana aku bisa mengaktualisasi diri kalau dari awal sudah ditekan??


Ok, kemudian aku mulai merubah cara kerjaku. Aku cari pekerjaan sendiri. Aku cari tahu sendiri apa yang mungkin bisa kukerjakan. Kuhentikan bertanya terlebih dahulu kepada si A setiap kali aku punya ide atau inisiatif. Karena aku tahu, terkadang inisiatifku dia yang menjalankan. Dan aku menemukan satu hal yang sangat mungkin aku kerjakan. Mengagendakan daftar perkara. Kurasa sangat berkaitan dengan agenda surat masuk, karena aku harus hafal semua perkara dan aku yang pertama kali tahu jika ada perkara baru masuk.
Akhirnya aku minta kepada si A (dengan baik2 tentunya) untuk memberikan tanggung jawab menulis buku perkara kepadaku, karena aku lihat buku perkara itu pun tak diisi secara rutin yang berarti si A tidak bisa meng-handle pekerjaan itu dengan benar. Lalu apa yang kudapat? Si A berbicara kepadaku dengan nada suara tinggi dan berkata " Disini kerjanya bareng2 rev, klo kamu mau pegang semua kerjaan nanti waktu kamu gak ada yg lain bingung, lagian klo kamu pegang buku perkara ntar mbak kerja apa donk??"
What??? Semua kerjaan?? Sebenarnya yang pegang kerjaan banyak siapa sih?? Yang bisa bikin orang bingung kalau dia gak masuk seminggu siapa sih??


Sebenarnya aku ingin membalas teriakannya itu. Tapi aku tak bisa. Aku hanya diam dan mengalah, akhirnya aku pinjam saja buku itu untuk aku salin ke komputerku biar aku punya data perkara. Sambil mengetik tenggorokanku terasa sesak, dan airmata ku pun mulai menetes. Aku pun berlari ke toilet. Tak ada satupun yang tau kalau aku sering menangis di kursi kerjaku itu. Yak, kelemahanku pun muncul. Aku memang bukan orang yang bisa menahan rasa sakit hati, dan aku juga bukan orang yang bisa meluapkan rasa sakit hatiku dengan marah2. Jadi yang bisa kulakukan hanya menangis.


Saat itu lah puncak dari masalah hidup bagiku. Baru kali ini aku disakiti oleh teman sendiri. Dan sejak itu aku tahu, bahwa untuk menghadapi kehidupan ini kita tak boleh terlalu polos dan terlalu percaya pada orang lain.
Dengan semua yang dia lakukan itu, karakterku telah dibunuh.
Pertama karena dia telah mendominasi atas diriku sehingga aku tak bisa mengaktualisasikan diriku, dan yang kedua karena caranya itu telah membuat orang2 lain di kantorku berpandangan bahwa aku tak bisa kerja apa2 dan akhirnya menganggapku tidak ada dan tidak diperlukan.
Oh tidak..!!!
Aku harus berusaha mengembalikan semangatku untuk berkarya dan menunjukkan pada mereka "I'm not that stupid!!"
Doaku lagi, semoga aku bisa segera pindah dari tempat ini paling tidak terlepas dari orang itu yang selalu membuat aku muak tiap kali masuk ke kantor. Amin ya rabb...



1 komentar:

  1. Minal Aidin Wal Faidzin y Rev..
    Randy ni, jd inget aq suka ngejek kerjaanmu pas prajab.

    BalasHapus