Kamis, 31 Maret 2011

Jadilah Orang yang Baik dan Menyenangkan

Semakin beragam kelakuan dan sifat orang-orang yang kutemui, semakin membuatku terdiam dan berpikir dua kali setiap akan bertindak. Kenapa tidak? Karena semua yang mereka lakukan pasti ada efeknya dan kadang bisa membuat orang lain merasa tidak senang.


Perhatikan contoh-contoh nyata dibawah ini:
  1. Ada beberapa orang sedang ngomongin orang lain, dan aku ada diantara mereka. Aku tak banyak bicara, hanya mengikuti arah pembicaraan mereka. Tidak lama setelah obrolan itu, bertemulah kami dengan orang yang dibicarakan itu. Apa yang terjadi? Mereka yang bersamaku tadi bisa bersikap seolah-olah mereka tidak pernah membicarakan orang itu dibelakang. Lalu apa yang kupikirkan? Oh tidak, betapa tidak enaknya jika nanti aku berada di posisi orang yang dibicarakan itu. Tidak tahu apa2. Dan menganggap semua baik-baik saja. Jadi, kesimpulan dari itu: "Berusahalah untuk tidak membicarakan orang lain di belakangnya, karena suatu saat kita bisa dibicarakan juga."
  2. Aku melihat seorang teman perempuan putus dengan pacarnya. Setelah kuperhatikan ternyata sumber masalah yang sebenarnya adalah karena temanku itu terlalu banyak menuntut, manja, dan membuat pacarnya lama2 merasa muak dengan sikapnya itu dan mencari perempuan baru sebagai pelarian. Kesimpulan dari itu: : " Jadilah wanita mandiri yang bisa mensyukuri apa yang sudah dimiliki dan tunjukkan rasa sayang secara wajar, tidak berlebihan."
  3. Ada seorang teman yang tidak disenangi karena mulutnya yang tidak bisa berhenti ngoceh dan tidak mau mengalah setiap kali berbicara membahas sesuatu dengannya. Orang-orang sering geleng-geleng kepala setiap kali mendengar dia berbicara atau melihat dia berdebat hanya karena satu masalah yang kecil. Kesimpulan dari itu: " Mulutmu Harimaumu, dan berilah kesempatan kepada lawan bicara untuk berbicara, jangan berusaha untuk mendominasi, itu tidak baik."
  4. Aku pernah merasakan betapa tidak enaknya jika dijutekin, dimarahi, dan dicuekin oleh seorang teman padahal merasa tidak pernah salah apa-apa. Lagi-lagi aku hanya bisa diam dan tidak mengatakan apa-apa kepada teman tersebut. Ternyata temanku itu sedang dalam masa Pra Menstruasi Syndrom (PMS). Yak, begitulah wanita, ada masa dimana dia sangat sensitif setiap bulannya. Tapi tidak semua orang bisa langsung tahu dan tidak semua orang bisa mengerti itu. Kesimpulan dari itu: " Jagalah sikapmu walaupun sedang dalam keadaan sangat sensitif. Karena tidak semua orang tahu apa yang terjadi denganmu dan mengerti dengan sikapmu yang kasar itu."
  5. Ada seorang wanita yang setiap saat terlihat sangat jutek, alisnya berkerut, dan bibirnya jarang terlihat tersenyum, padahal sebenarnya wanita itu baik dan tidak bermaksud untuk sombong. Melihat wanita itu, seorang teman mengeluh dan berbicara kepadaku sangat tidak suka melihat wanita itu. Terkesan sombong dan angkuh. Sebenarnya aku merasa sikap seperti itu terkadang atau mungkin sering juga ada pada diriku. Dan perkataan temanku itu menjadi sebuah pengingat untukku bahwa sikap seperti itu sebenarnya tidak baik. Kesimpulan dari itu: " Tersenyum dan bersikap ramahlah kepada setiap orang, maka orang yang melihatmu akan senang dan tidak salah paham terhadap dirimu."
Masih banyak lagi hal-hal yang bisa kujadikan pelajaran dalam hidup ini. Atau bahkan akan bertambah terus selama aku tetap hidup dan berinteraksi. Mungkin ada yang beranggapan begini: "Ah, idak penting pelajari itu semua, jadilah diri sendiri.." Ya, memang aku ingin jadi diriku sendiri, tapi diriku sendiri ini lah yang ingin menjadi orang yang baik. Sifat dan kepribadian seseorang memang sudah melekat dan tidak mungkin untuk dirubah sesuai keinginan. Tapi bagaimana dengan sikap dan prilaku? Hal itu bisa berubah karena faktor X atau faktor lingkungan. Dan aku menyadari begitu banyak sikap2 "patut" yang belum kuterapkan. Lalu apakah manusia tidak boleh berubah menjadi lebih baik? Setiap orang pasti ingin menjadi lebih baik dari hari ke-hari. Dan itu lah yang kurasakan sekarang... 
Bagaimana dengan Anda?




Selasa, 29 Maret 2011

Ini namanya "Pembunuhan Karakter"

Karakter saya telah dibunuh..!
Sakit sekali rasanya, apalagi kalau yang membunuh ternyata orang yang selama ini dekat dengan kita..
Huuftt..
Bodohnya aku selama setahun percaya dengan orang itu, dan bisa dibilang tergantung juga dengannya..
Sebenarnya pada dasarnya aku hanya menganggap semua orang baik dan berusaha untuk loyal terhadap teman sendiri..
Tapi keloyalan-ku itu ternyata dimanfaatkan olehnya untuk mendominasi dan menjatuhkan ku.
Yak, lagi-lagi masalah kantor. Kayanya blum ada habisnya ya masalah kantor buat aku.


Sebelum mulai bercerita, aku mau meng-info-kan bahwa aku adalah lulusan STAN yang bekerja di Biro Bantuan Hukum Kementerian Keuangan. Jadilah aku bekerja sebagai staff non-teknis, karena aku bukan sarjana hukum.
Sebagai pegawai yang baru masuk, tentunya aku mengharapkan mendapat penjelasan mengenai Job description dan orientasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan kantor. Namun herannya, sejak pertama kali masuk aku langsung dititipkan ke salah satu pegawai untuk mengajarkan dan berbagi pekerjaan denganku. Yak, dia, anggap si A.
Sebagai anak baru, aku ikuti saja alur yang ada. Aku diberi sebuah pekerjaan, dan aku sangat senang, walaupun hanya mengagendakan surat masuk yang notabene sangat bisa dilakukan bahkan oleh anak SMA sekali pun. Aku jalani saja, karena kupikir pekerjaan besar berawal dari pekerjaan kecil.
Hari2 di kantor aku coba hadapai dengan senang hati. Awal2 aku banyak bertanya kepada si A, apa lagi yang bisa kukerjakan? Dia geleng2 kepala, seperti tak ada lagi yang harus aku kerjakan. Kemudian aku sampaikan bahwa aku ingin tau mengenai alur berkas2 di kantor ini, soalnya waktu aku dan teman2 baru datang dan menghadap boss, kami diberi pesan agar tidak perlu ikut riweh2 dengan masalah penanganan perkara, tapi fokus pada pengelolaan berkas2 agar rapi dan tidak berantakan.
Aku sudah ada inisiatif untuk memulainya, tapi apa yang kudapat? Aku mau mulai saja sudah seperti dihalangi. Si A bilang tidak ada yg perlu dirapikan dan seperti enggan menjelaskan kepadaku mengenai berkas2 itu.
Okey, inisiatif pertamaku langsung dipatahkan...


Tapi saat itu aku tidak kesal kepadanya, aku masih dekat dengannya dan masih sering bertanya kepadanya.
Hingga akhirnya setelah setahun aku baru menyadari. Selama setahun bekerja ternyata aku sudah dibentuk oleh Si A menjadi pribadi yang tidak kreatif dan monoton. Aku selalu berada dibawah bayang2nya, dan aku tidak bergaul begitu dekat dengan pegawai yang lain. Yak, hanya dengan dia aku dekat. Kami selalu makan siang bareng dan solat bareng. Oh tidak, begitu bodohnya aku!
Tidak hanya itu, setelah aku bertanya dengan teman seangkatanku di bagian lain, ternyata temanku itu sudah banyak tau soal pekerjaan. Dan aku, aku hanya tau cara mengagendakan surat masuk. Aku minta Job Description yg dia punya, ternyata ada sekitar 13 pekerjaan, dan ditempatku dari 13 pekerjaan itu, hanya 1 pekerjaan yang aku kerjakan, padahal ada 3 personil disini. Sungguh pembagian yang tidak adil!
Kenapa aku diperlakukan seperti ini???
Aku bisa bekerja, aku mau bekerja, dan aku punya kemampuan, aku bukan orang tua yang tidak bisa apa-apa! Bagaimana aku bisa mengaktualisasi diri kalau dari awal sudah ditekan??


Ok, kemudian aku mulai merubah cara kerjaku. Aku cari pekerjaan sendiri. Aku cari tahu sendiri apa yang mungkin bisa kukerjakan. Kuhentikan bertanya terlebih dahulu kepada si A setiap kali aku punya ide atau inisiatif. Karena aku tahu, terkadang inisiatifku dia yang menjalankan. Dan aku menemukan satu hal yang sangat mungkin aku kerjakan. Mengagendakan daftar perkara. Kurasa sangat berkaitan dengan agenda surat masuk, karena aku harus hafal semua perkara dan aku yang pertama kali tahu jika ada perkara baru masuk.
Akhirnya aku minta kepada si A (dengan baik2 tentunya) untuk memberikan tanggung jawab menulis buku perkara kepadaku, karena aku lihat buku perkara itu pun tak diisi secara rutin yang berarti si A tidak bisa meng-handle pekerjaan itu dengan benar. Lalu apa yang kudapat? Si A berbicara kepadaku dengan nada suara tinggi dan berkata " Disini kerjanya bareng2 rev, klo kamu mau pegang semua kerjaan nanti waktu kamu gak ada yg lain bingung, lagian klo kamu pegang buku perkara ntar mbak kerja apa donk??"
What??? Semua kerjaan?? Sebenarnya yang pegang kerjaan banyak siapa sih?? Yang bisa bikin orang bingung kalau dia gak masuk seminggu siapa sih??


Sebenarnya aku ingin membalas teriakannya itu. Tapi aku tak bisa. Aku hanya diam dan mengalah, akhirnya aku pinjam saja buku itu untuk aku salin ke komputerku biar aku punya data perkara. Sambil mengetik tenggorokanku terasa sesak, dan airmata ku pun mulai menetes. Aku pun berlari ke toilet. Tak ada satupun yang tau kalau aku sering menangis di kursi kerjaku itu. Yak, kelemahanku pun muncul. Aku memang bukan orang yang bisa menahan rasa sakit hati, dan aku juga bukan orang yang bisa meluapkan rasa sakit hatiku dengan marah2. Jadi yang bisa kulakukan hanya menangis.


Saat itu lah puncak dari masalah hidup bagiku. Baru kali ini aku disakiti oleh teman sendiri. Dan sejak itu aku tahu, bahwa untuk menghadapi kehidupan ini kita tak boleh terlalu polos dan terlalu percaya pada orang lain.
Dengan semua yang dia lakukan itu, karakterku telah dibunuh.
Pertama karena dia telah mendominasi atas diriku sehingga aku tak bisa mengaktualisasikan diriku, dan yang kedua karena caranya itu telah membuat orang2 lain di kantorku berpandangan bahwa aku tak bisa kerja apa2 dan akhirnya menganggapku tidak ada dan tidak diperlukan.
Oh tidak..!!!
Aku harus berusaha mengembalikan semangatku untuk berkarya dan menunjukkan pada mereka "I'm not that stupid!!"
Doaku lagi, semoga aku bisa segera pindah dari tempat ini paling tidak terlepas dari orang itu yang selalu membuat aku muak tiap kali masuk ke kantor. Amin ya rabb...



Minggu, 27 Maret 2011

Kejamnya Dunia Kantor

Galau...
Tidak, aku gak boleh seperti ini!
Tapi aku gak bisa menghadapi ini semua..
Ya Allah, ada apa dengan hamba-Mu ini..
Mungkin aku masih belum dewasa, belum mandiri, dan tidak bisa berdiri di kaki sendiri..
Aku tidak kuat menghadapi cobaan ini.
Aku tak terbiasa dengan masalah..
Hidupku sebelum masuk dunia kerja ini terasa sangat nyaman..
Tidak ada masalah berat, tidak ada kebencian, dan tidak ada intrik keji..
Semua orang aku anggap baik..
Tapi ternyata itu salah, aku harus bisa memilah yang baik dan tidak..
Yang kuanggap teman baik, ternyata bisa saja menjatuhkanku dengan sangat kejam..

Yak, itulah dunia kerja..
Setahun sudah bekerja, tapi aku masih blum siap dengan kondisi ini..
Aku tidak suka 'menjilat' atasan..
Aku tidak suka menjatohkan rekan kerja..
Aku tidak suka perang mulut di kantor..
Aku tidak suka ngomongin boss di belakang..
Aku tidak suka protes..
Aku tidak suka bersikap seolah-olah aku yang paling sibuk..
Aku tidak suka mendominasi rekan kerja..
Aku tidak suka berbicara dengan nada tinggi ke orang lain..
Aku tidak suka menyinggung rekan kerja..
Aku tidak suka bermulut manis..
Aku tidak suka itu semua...!!

Tapi kenyataannya aku harus menghadapi orang-orang seperti itu di kantor ini..
Orang-orang yang membuat aku tidak nyaman berada di ruangan ini..
Ditambah lagi aku tidak dianggap di ruangan ini..
Aku mau bekerja dan berkarya, tapi lingkungan ini sungguh tidak mendukung..
Aku ingin belajar, tapi dihalang2i, aku ingin berkarya, tapi tak pernah diberi kesempatan..
Ada apa dengan aku?
Apa karena aku tidak suka dengan sikap2 diatas tadi lalu aku gampang ditindas?
Apa aku terlalu lemah untuk menghadapi dunia ini?
Apa aku terlalu berharap semua orang harus baik?

Tak tau lah...
Yang jelas dunia ini sungguh membuat aku hampir gila..
Aku butuh pelarian..
Tapi apa dan dimana??
Akan tetap kucari solusi itu..
Semoga setelah aku lolos dari masalah ini aku bisa jadi manusia yang dewasa, kuat dan tangguh.
I hope so..
Amin.





Kamis, 24 Maret 2011

Pagi, Kehidupan dan Senyuman

Pagi ini ketika bersepeda ke kantor, dengan kayuhan santai aku melihat sepanjang jalan begitu banyak kehidupan yang akan memulai harinya di pagi itu. Ada yang memulai dengan mengurus anaknya, memandikan, dan mengajak bermain di luar rumah menikmati matahari pagi. Ada yang mulai membuka tokonya untuk mengejar selembar rupiah.
Kemudian di bagian lain dari perjalananku itu, tampak aktifitas pasar, ada yang menjual dan ada yang membeli. Itulah rutinitas mereka. Dan aku, dengan rutinitas kehidupanku, ngantor. Wow! terlihat wah memang jika dibandingkan dengan mereka. Tapi, apakah yang aku kerjakan ini sudah merupakan yang paling menyenangkan dan membanggakan? I don't think so.

Mereka yang mengurus anaknya bisa tersenyum melihat tingkah polah anak2nya, and I think they enjoy it.
Mereka yang membuka tokonya dan berjualan di pasar, terlihat sumringah ketika tau ada pelanggannya datang dan membeli sesuatu darinya. Yak, mereka menikmati setiap lembar rupiah yang mereka dapat.
Mereka yang berbelanja di pasar setiap pagi, terlihat senang karena membayangkan akan memasak masakan enak untuk keluarganya atau mungkin majikannya.

Aku seolah-olah melihat aura positif dari mereka semua. Lalu bagaimana dengan aku?
Okey, aku akui, aku memang belum bisa mengeluarkan aura positifku.
Demotivasi, murung, dan tidak bersemangat ketika di kantor. Aku duduk di ruangan ber-AC dan nyaman ini, tapi aku tak tau tujuanku apa. Tanpa arah, dan serba tidak jelas.
Tapi tidak ada yang bisa disalahkan, yang salah adalah diriku sendiri, yes myself !
So, what should i do?

Ketika perjalanan bersepedaku sudah mendekati kantorku dan aku melihat gedung kantor itu, aku mulai berpikir, kenapa aku tidak tersenyum saja menghadapi ini semua? Seperti orang2 yang tadi kutemui di sepanjang jalan.
Okey, tersenyum, dan aku senyum sambil terus mengayuh sepeda itu menuju gedung itu yang tinggal beberapa meter jaraknya.

Wow! I feel great! Start from a smile...

Selamat Bekerja!