Jumat, 16 Agustus 2013

Lebaran 2013 penuh hikmah

Assalamu'alaikum...
Selamat Idul Fitri 1434 H semuanyaaa....:)  Mohon maaf lahir batin yaa. Semoga amal ibadah kita diterima Allah dan kita masih dipertemukan dengan Ramadhan tahun depan. Aamiin.

Lebaran tahun ini terasa sangat beda buat saya. Kali ini pertama kalinya saya Lebaran tidak di dekat keluarga. Saya di Jakarta dan keluarga semuanya di Pekanbaru. Ada sedikit rasa sedih ketika tau kondisi tidak memungkinkan untuk pulang ke Pekanbaru. Kondisi apa itu? 

Pertama, saya mendapat amanah dari orangtua dan tante untuk membimbing adek sepupu saya yang mau masuk STAN. Tes STAN sekarang beda, selain tes TPA dan TBI ada juga tes Kesehatan, Jasmani, dan Wawancara. Alhamdulillah tes TPA dan TBI kemarin dia lulus, tinggal persiapan tes selanjutnya. Sayangnya untuk hal yang terkait fisik, adek saya ini sangat lemah. Baru lari beberapa meter saja kakinya sudah kram, nafasnya gak kuat. Gmana mau tes lari 12 menit nanti? Disitulah tugas saya untuk melatih fisiknya biar bisa menghadapi tes. Dan yang namanya latihan fisik itu harus bertahap, bertingkat, dan berlanjut. Puasa2 dijabanin deh latihan. Untungnya kemauan dalam dirinya cukup kuat. Dia mau denger dan jalankan semua arahan saya. Jadi sampe kemarin, dia sudah bisa lari 4 keliling lapangan banteng walaupun terkadang harus saya tarik biar dia gak jalan. Hahaaa, kadang kasihan juga lihatnya.. Gak tega. Tapi yang namanya pelatih memang harus keras kalo mau membuahkan hasil.. Itu lah hasilnya, cukup melegakan hati saya.. :) 

Kondisi kedua, sebenarnya klo saya mau pulang juga bisa, karena ternyata tesnya mundur, yang tadinya tanggal 14 ternyata tanggal 21. Tapi, kalau saya pulang tentunya harus menyiapkan tiket untuk kami berdua PP. Beli tiket sudah dekat2 Lebaran tau saja mahalnya gmana, dan saya tidak mungkin membebankan itu ke orangtua saya ataupun tante saya. Dia sudah jadi tanggungjawab saya sejak dititipkan. Untuk membeli 2 tiket itu saya harus merogoh kocek dalam-dalam. Dan memang sudah tidak memungkinkan. Ya sudah, tidak bisa dipaksakan, kita sama2 gak pulang saja ya..

Ada 2 hikmah yang saya tarik dari kondisi itu. Pertama, adek sepupu saya ini jadinya bisa fokus latihan lari hingga akhirnya bisa membuat pencapaian seperti kemarin. Jujur saya sedikit takjub lihatnya, ternyata dia bisa juga! Tinggal ditingkatkan sedikit dia sudah berada di posisi aman untuk lolos. Kedua, saya menjadi tertampar untuk mengatur lagi kondisi keuangan saya. Dan hal yang pertama saya pikirkan adalah mencari tambahan penghasilan. Karena kalau hanya dengan menahan pengeluaran akan sulit mengahadapi kondisi2 mendadak seperti tadi. Pengeluaran saya itu sudah pengeluaran yang pasti semua.. Gpp, itu hikmah menurut saya. Hikmah untuk mendorong saya lebih keras lagi berusaha mencari peluang usaha. Insya Allah konsep sudah di kepala, tinggal kemudahan eksekusinya saja. Semoga Allah bukakan jalan. Aamiin.

Jadi... Terserahlah orang2 mau pikir apa tentang saya yang tidak Lebaran di rumah padahal libur cukup panjang, 3 minggu! Banyak tuh yang berpikir, "kok gak sungkem sama orang tua?", " Kok gak pulang padahal masih single?",  "Gak kangen keluarga ya?". I do miss them so much! But, I have my own business. Saya punya misi untuk membantu adik saya ini. Dan itu pun sudah menjadi amanat dari orangtua saya. Jika dia lolos, akan jadi perubahan besar dalam hidupnya dan keluarganya. Hal itu yang sangat ingin saya capai. Mungkin dengan cara seperti ini saya bisa bermanfaat bagi keluarga saya. Saya pernah membaca ada sebuah kalimat, lupa hadist atau bukan, "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya". Hal itulah yang ingin saya capai, tentunya dimulai dari keluarga sendiri, baru nanti bisa memberi banyak manfaat ke orang lain dengan banyak cara lainnya.

Oke deh, semoga kamu lolos masuk STAN ya dek.. Yakin ada Allah yang melihat segala usaha kita dan akan membantu kita nanti :)

Sabtu, 03 Agustus 2013

Keluarga inspiratif

Akhirnya setelah libur kuliah bisa nulis lagi.. Kemarin2 rasanya sibuk banget mulai dari kuliah, ngejar target2 Ramadhan sampe ngurusin catering sahur. Bisa tidur 3 jam sudah Alhamdulilah, hahaa.. Sekarang udah banyak berkurang kegiatannya, catering udah selesai, kuliah juga libur. Alhamdulillah banyak pelajaran didapat dari hectic nya kemarin2 itu. Yang penting sibuk dan nganggur wajib disyukuri semuanya :)

Ehmm, kali ini saya mau nulis tentang sebuah keluarga yang sebenarnya udah dari lamaa pengen nulis soal keluarga ini tapi gak sempat2. Saya mau nulis soal keluarga senior SMA saya, bang Dedi dan kak Hertin. Keluarga ini keren banget menurut saya, bisa dijadikan panutan bagaimana hidup berkeluarga. Pantengin terus ceritanya yaa..

Bang Dedi dan Kak Hertin sama-sama lulusan SMA TN, bang Dedi angkatan 4, kak Hertin Angkatan 7. Dimana mereka bertemu? Di kampus UI. Kuliah di kampus yang sama, fakultas yang sama, dan sekarang sama2 jadi dosen di UI, sama2 pinter :) Walaupun sama2 pinter, karakter abang dan kakak ini sangat berbeda. Bang Dedi orangnya kalem dan tenang, kak Hertin orangnya supel dan heboh. Tapi ketika introvert dan ekstrovert ini disatukan malah jadi perpaduan yang baguuus, saling melengkapi, suasana dalam keluarga jadi lebih hidup. Satu pelajaran didapat, punya pasangan dengan beda karakter gak masalah, yang penting punya visi hidup yang sama dan sama2 mengerti karakter masing2.

Bicara soal visi hidup, saya lihat visi hidup keluarga ini bagus banget, membangun keluarga berlandaskan agama, mendidik anak yang merupakan amanat dari-Nya menjadi anak yang solehah dan disayang Allah. Keliatan banget dari 2 krucils, Ayasha dan Hafa. Ayasha dan Hafa dididik berlandaskan ajaran agama dari usia dini. Ayasha yang sekarang kelas 3 SD sudah jadi hafidzah yang hafal beberapa Juz Alquran. Subhanallah... Hafa, yang baru masuk SD, sudah hafal surat Ar-rahman di usia 6 tahun. Malu banget saya klo lihat anak2 ini, malu sama diri sendiri yang belum ada apa2nya dibanding mereka. Apalagi Ayasha, anak ini jenius banget! Selain jadi hafidzah, dia juga pinter nulis, dan mulai menulis blog dari usia 5 tahun. Yang ditulis bukan sembarang tulisan, tapi tulisan2 yang penuh inspirasi dan gak akan ada yang menyangka kalau tulisan itu ditulis anak seumurannya. Tulisan2 Ayasha bisa dilihat disini. Luar biasa! 


Ayasha-Hafa baca Alquran di Masjidil Haram


Ayasha dan Hafa sebenarnya memiliki karakter yang sangat bertolak belakang. Ayasha kalem, Hafa heboh! Tapi hebatnya bang Dedi dan Kak Hertin mampu mendidik mereka jadi adek kakak yang akur, saling menyayangi, dan sama2 mau belajar agama. Anak2 ini mau belajar dengan senang hati. Interest mereka soal agama sangat tinggi. Walaupun Hafa cenderung cuek, tapi dia tetap bisa diajak solat berjamaah, ngaji, puasa, ya tetap dengan gaya petakilannya itu pasti. Hahaaa, lucu banget klo dilihat.. Bayangkan diumur 5 tahun anak2 ini sudah bisa puasa Ramadhan Full! Butuh skill khusus dari orangtua untuk bisa mengajarkan anaknya puasa. Pelajaran yang didapat, sebagai orangtua harus paham karakter masing-masing anak. Beda karakter, beda cara mendidiknya, yang terpenting bagaimana tujuan mendidik bisa dicapai tapi tidak membuat mereka tertekan.

Ayasha-Hafa berkebun

Cuman Hafa yang bisa punya gaya begini, hahaa..

Semangat berkunjung ke Baitullah..

Banyak lagi sebenarnya inspirasi2 yang saya dapat dari keluarga ini. Yang jelas semakin mengenal keluarga ini semakin membuka mata saya soal kehidupan. Ingin rasanya punya anak2 seperti Ayasha-Hafa, sangat menyenangkan dan menenangkan hati. Semoga bisa bertemu partner yang memiliki visi yang sama. Tidak harus seperti bang Dedi dan kak Hertin, karena saya tau kualitas iman saya saat ini gak seberapa dibanding mereka. Tapi paling tidak bisa menemukan partner yang satu frekuensi dan sama2 mau berusaha mewujudkan keluarga Sakinah, Mawaddah, Warahmah. Aamiin.

"Kita tidak bisa memilih di keluarga seperti apa kita dilahirkan, tapi kita bisa bentuk di keluarga seperti apa anak kita dilahirkan"